Kamis, April 22

Tunjuk satu bintang

Artist/Band : Sheila On 7
Judul : Tunjuk Satu Bintang
Album : Kisah Klasik Untuk Masa Depan


C                                  Dm Coba kau tunjuk satu bintang 
F                    Fm                   CS'bagai pedoman langkah kita 
C                              DmJabat erat hasil karyaku… 
F                Fm                     C Hingga terbias warna syahdu 
F                               C Akan ku ukir satu kisah tentang kita 
               E7                                       Am Dimana baik dan buruk terangkum oleh indah 
F                                         C Akan ku cerna semua karya cipta kita 
              E7                                            Am Dimana hitam dan putih terbalut oleh hangatnya cinta 

C                                 Dm Dan bila semua terwujudkan…
F                 Fm        CDi sisimu s'lalu hariku

Sahabat sejati

Artist/Band : Sheila On 7
Judul : Sahabat Sejati
Album : Kisah Klasik Untuk Masa Depan


Am                        Bm              Sahabat sejatiku, hilangkah dari ingatanmu 
       C                            D   Di hari kita saling berbagi 
Am                                                     Bm Dengan kotak sejuta mimpi, aku datang menghampirimu
C                                    D Kuperlihat semua hartaku
          Am                              D Kita s'lalu berpendapat, kita ini yang terhebat 
                  Bm                                   EmKesombongan di masa muda yang indah 
Am                  Aku raja kaupun raja 
D Aku hitam kaupun hitam 
               D#                      F          GArti teman lebih dari sekedar materi 

Reff.      Em                                                       Bm      Pegang pundakku, jangan pernah lepaskan
         Am                                  D       Bila ku mulai lelah… lelah dan tak bersinar 
      Em                                                  Bm      Remas sayapku, jangan pernah lepaskan 
                               Am                                             D        G                      Bila ku ingin terbang… terbang meninggalkanmu 

Am                                                        Bm Ku s'lalu membanggakanmu, kaupun s'lalu menyanjungku
               C                       D Aku dan kamu darah abadi 
                 Am                         D                                                               Demi bermain bersama, kita duakan segalanya 
            D#     F                GMerdeka kita, kita merdeka

Back to Reff, musik,GTak pernah kita pikirkan 
    Am            Bm    C Ujung perjalanan ini 
G ...........2x Tak usah kita pikirkan 
Am               Bm   CAkhir perjalanan ini `

Kisah klasik

Sebuah Kisah Klasik
Kisah Klasik Untuk Masa Depan
Bm Am7
Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Bm F#m
Kita berbincang tentang memori di masa itu
Bm Am7
Peluk tubuhku, usapkan juga air mataku
Bm F#m
Kita terharu seakan tiada bertemu lagi
Dm7
Bersenang-senanglah
C#m Bm
Karna hari ini yang �kan kita rindukan di hari nanti
Am7
Sebuah kisah klasik untuk masa depan
Dm7
Bersenang-senanglah
C#m Bm E A
Karna waktu ini yang �kan kita banggakan di hari tua


Reff.
Dm7
Sampa jumpa kawanku
C#m
S�moga kita selalu
Bm Am7
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bm Am7
Mungkin diriku masih ingin bersama kalian
Bm F#m
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian

Kamis, Maret 4

kerjasama menghadirkan kebaikan

dakwatuna.com – “…Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya“. Al-Ma’idah:2

Ayat ini merupakan penutup dari pembicaraan ayat yang cukup panjang yang memuat beberapa hukum Allah swt dalam bentuk larangan; janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang hadyi dan binatang-binatang qalaa‘id, jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah untuk mencari kurnia dan ridha Allah, dan terakhir janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka) sehingga bisa difahami bahwa hukum Allah tidak akan mungkin ditegakkan sendiri-sendiri tanpa kerjasama dari seluruh pihak (ta’awun).

Karena ayat ini juga berada sebelum ayat yang terakhir kali turun, yaitu ayat “Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah Kusempurnakan juga nikmatKu atasmu dan telah Kuridhai Islam sebagai agamamu“, maka berarti kandungan ayat ini merupakan pesan terakhir Allah swt kepada seluruh hamba-Nya.

Yang menarik bahwa redaksi seperti ayat ini “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa” ternyata hanya tersebut sekali dalam Al-Qur’an, sehingga ayat ini harus difahami dalam konteks umum; umum dari segi sasarannya dan umum dari segi jenis kebaikan yang dituntutnya.

Sungguh sebuah pesan universal dari Islam yang merupakan karakter dan fitrah dasarnya sebagai Rahmatan lil Alamin.

Ibnu Katsir memahami makna umum ayat ini berdasarkan redaksinya tolong menolonglah kalian bahwa Allah swt memerintahkan semua hamba-Nya agar senantiasa tolong menolong dalam melakukan kebaikan-kebaikan yang termasuk kategori Al-Birr dan mencegah dari terjadinya kemungkaran sebagai realisasi dari takwa. Sebaliknya Allah swt melarang mendukung segala jenis perbuatan batil yang melahirkan dosa dan permusuhan.

Selanjutnya Ibnu Katsir mengetengahkan dua hadits untuk memperkuat dan menjelaskan ayat ini, yaitu:

Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berbunyi, “Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas perlakuan mereka adalah lebih baik dan besar pahalanya daripada mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas perilaku mereka” (Imam Ahmad).

Kedua, hadits yang menyebutkan tentang perintah menolong siapapun, baik yang terzhalimi maupun yang menzhalimi. Rasulullah saw bersabda, “Tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan yang terzhalimi”. Maka para sahabat bertanya, “Menolong yang terzhalimi memang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim?”. Rasulullah menjawab, “Mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah menolongnya”. (Bukhari dan Ahmad).

Senada dengan Ibnu Katsir, keumuman maksud ayat difahami juga oleh Imam As-Sa’di. Beliau mendefinisikan Al-Birr yang diperintahkan oleh Allah swt untuk bekerjasama menghadirkannya adalah segala bentuk perbuatan yang dicintai dan diridhoi Allah swt, baik perbuatan lahir maupun batin, perbuatan yang terkait dengan hak-hak Allah swt maupun hak sesama manusia.

Sedangkan itsmi adalah seluruh bentuk perbuatan yang dibenci oleh Allah swt. dan Rasul-Nya, dari perbuatan yang lahir maupun yang batin.

Secara redaksional juga, Allah swt memadukan dalam ayat ini antara perintah dan laranganNya “tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan dengan mendahulukan konsep tahliyah ‘hiasan akhlak yang mulia’ yang berupa ta’awun (kerjasama) dalam kebaikan dan takwa atas konsep takhliyah ‘pelepasan akhlak yang buruk’ dalam bentuk membebaskan diri dari perilaku ta’awun atas dosa dan permusuhan adalah untuk memperkuat sisi ta’awun dalam kebaikan sehingga senantiasa mewarnai dan dominan di tengah masyarakat. Karena demikian, perilaku sebaliknya tidak akan muncul di tengah-tengah masyarakat.

Dengan mendahulukan perintah ta’awun sebelum larangan-Nya juga menurut Abu Su’ud adalah karena yang diinginkan dari larangan ta’awun dalam dosa adalah hadirnya ta’awun dalam kebaikan, sehingga bukan sekadar tidak wujudnya ta’awun dalam dosa, tetapi lebih dari itu, akan senantiasa hadir bentuk ta’awun dalam segala jenis kebaikan dan takwa.

Dalam pandangan Al-Mawardi seperti yang dinukil oleh Al-Qurthubi bahwa perintah ta’awun untuk menghadirkan kebaikan dan ketakwaan di tengah-tengah manusia merupakan sebuah perintah yang memiliki korelasi dengan prinsip ‘hablum minallah dan hablum minannas’; ta’awun dalam kebaikan yang bersifat umum merupakan sarana untuk menjaga hubungan baik dengan manusia, sedangkan ta’awun dalam takwa merupakan sarana untuk meraih ridha Allah swt. Sehingga tidak sempurna jika ta’awun itu hanya dalam Al-Birr, tetapi harus diteruskan dalam konteks takwa juga.

Lebih rinci Asy-Syaukani melihat korelasi petikan ayat ini dengan sebelumnya yang berbicara tentang larangan menimbulkan permusuhan bahwa untuk menghilangkan permusuhan memang harus dibangun melalui komitmen bersama untuk saling tolong menolong dan kerjasama dalam segala bentuk amal kebaikan dan takwa. Menurut beliau Al-Bir dan At-Taqwa memiliki arti yang sama, penyebutan keduanya dalam ayat ini hanya untuk penguatan “ta’kid”.

Sedangkan menurut Ibnu Athiyah, Al-Birr dan At-Taqwa keduanya hanya dibedakan berdasarkan kategorinya saja; Al-Birr mencakup perbuatan yang wajib dan sunnah sedangkan At-Taqwa khusus pada perbuatan yang wajib.

Sementara itu, Al-Mawardi membedakan keduanya berdasarkan tujuannya; Al-Birr tujuannya untuk mendapat ridha manusia, sedangkan At-Taqwa untuk meraih ridho Allah swt. Dan mereka yang mampu memadukan keduanya, maka sempurnalah kebahagiaan dan kenikmatannya.

Konsep Ta’awun yang diperintahkan Allah swt melalui ayat di atas sesungguhnya akan memudahkan pekerjaan, memperluas wilayah maslahat dan menampilkan persatuan dan keutuhan umat.

Dan perintah ini difahami oleh Ibnu ‘Asyur bersifat umum dan tidak terbatas dengan siapapun, sampai dengan non muslim sekalipun, selama itu dalam konteks Al-Birr (kebaikan), karena kebaikan adalah milik semua manusia. Apalagi kemudian pada realitasnya upaya Al-I’tida’ atau permusuhan biasanya dilakukan dengan bentuk ta’awun juga, maka dalam ayat ini Allah swt perintahkan agar ta’awun itu diarahkan pada hal-hal yang positif berupa kebaikan dan meningkatkan takwa manusia, bukan sebaliknya.

Bentuk ta’awun secara aplikatif, dijabarkan oleh Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Beliau menyebutkan sebagai contoh misalnya beberapa bentuk ta’awun yang bisa dilakukan berdasarkan ayat ini, diantaranya: seorang alim membantu manusia dengan ilmunya, seorang yang kaya membantu orang lain dengan hartanya, seorang yang berani membantu dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah swt dan begitu seterusnya. Masing-masing membantu orang lain sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya.

Inilah puncak dari akhlak yang mulia yang dikehendaki melalui ayat ini.

Sayyid Quthb menyebutkan bahwa akhlak ayat ini merupakan puncak dari pengendalian diri dan lapang dada seorang muslim terhadap saudaranya dan terhadap siapapun.

Sejarah membuktikan bahwa pola pembinaan Rasulullah mampu menghantarkan orang Arab berakhlak dengan akhlak ini, padahal sebelumnya yang menjadi kebiasaan mereka justru tolong menolong dan kerjasama dalam kebatilan, kemaksiatan dan permusuhan antar sesama atas nama “ashabiyah (fanatisme)”.

Demikianlah akhlak mulia yang semestinya menjadi warna keseharian umat Islam. Apalagi dalam konteks sekarang, membangun hubungan kerjasama dan koalisi dengan siapapun dalam kerangka menegakkan kebaikan “Al-Birr” merupakan satu keniscayaan, karena keterbatasan dan ketidak mampuan kita, demikian juga karena besar dan luasnya tanggung jawab kita terhadap penegakkan hukum-hukum Allah swt.

Sungguh konsep ta’awun yang ditawarkan oleh Allah swt. melalui ayat ini akan mampu meredam dan membendung derasnya arus kemaksiatan dan permusuhan yang juga dibangun dengan prinsip ta’awun yang solid dan berkesinambungan.

Saatnya kita mulai mengasah sensitifitas kerjasama di antara kita dalam menghadirkan kebaikan dan keberkahan di tengah bangsa ini.

Semoga Allah swt meridhai segala usaha kita untuk mengaplikasikan ayat ini dalam bentuk ta’awun yang riil dalam kehidupan sehari-hari. Allahu alam

Keajaiban salam

dakwatuna.com – Cinta adalah sesuatu benih yang hidup dalam hati dan tumbuh muncul ke permukaan dalam bentuk ekspresi kongkret dan perilaku riil. Cinta memerlukan ekspresi tersendiri dan esensi syariat Salam dalam Islam lebih dari sekadar simbol formalitas verbal tetapi sebuah ekspresi tulus yang lahir dari perasaan cinta, kasih sayang, doa, harapan, suka cita, motivasi, kepedulian, perhatian, penghargaan dan ikatan batin yang tulus dalam berbagai bentuknya.

Alice Gray memberikan tips mengawetkan hubungan romantis pasangan dalam bukunya List To Live By For Every Married Couple (2002) yaitu dengan memelihara komunikasi efektif melalui berbagai ekspresi perasaan, sukacita, dam keprihatinan yang terdalam. Menurutnya, pernikahan itu dibangun di atas ekspresi-ekspresi kecil penuh kasih sayang dengan menekankan pentingnya ucapan-ucapan selamat dalam berbagai pengalaman penting dan momentum berarti (munasabat) serta sebaliknya mengabadikan kartu ucapan selamat yang terkirim untuk pernikahan, ulang tahun, ulang tahun pernikahan ataupun ucapan spesial apapun merupakan hal yang bermanfaat sebagaimana saran Angela Dean Lund, konsultan kenangan-kenangan kreatif.

Salam merupakan salah satu bentuk pemberian motivasi yang sangat berarti dalam sebuah hubungan agar dapat meningkatkan semangat dalam vitalitas kehidupan fisik material maupun psikologis spiritual, maka karena cinta memerlukan motivasi yang intens dan kontinyu agar tercipta hubungan yang harmonis dan bergairah sepanjang musim, seperti diungkapkan oleh John Gray dalam Men are From Mars, Women are from Venus (1992) sehingga memerlukan manajemen salam dan seni memahami entry point serta titik-titik sensitif serta sentimentil untuk mengeratkan hati pasangan ataupun orang lain (ta’liful qulub). Namun demikian, patut disayangkan, banyak kalangan umat dan aktivis dakwah yang melewatkan dan menyiakan entry point ini membina dan mengeratkan hubungan dengan orang-orang dekatnya serta lingkungan pergaulannya sehingga tercipta hubungan yang loyal, bergairah dan indah.

Sebagai seorang muslim, adalah telah menjadi sebuah keharusan syar’i dan keniscayaan pergaulan untuk memahami manajemen salam dengan saling membudayakan salam secara positif dan efektif. Banyak sekali dalil syar’i, baik dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits yang menganjurkan agar kita selalu memberi salam kepada siapa pun termasuk yang kita belum kenal apalagi orang-orang dekat yang telah lama kita kenal. (QS.24:27)

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a. bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, apakah Islam yang paling baik itu? beliau menjawab: Engkau memberi makan dan memberi (mengucapkan) salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang belum kamu kenal.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih )

Rasulullah SAW telah mewasiatkan kepada umat Islam untuk memelihara tujuh perkara yaitu; menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, mendoakan orang yang bersin, membantu yang lemah, menolong yang dizhalimi orang, memberi salam, mengabulkan permintaan seseorang (memohon dengan sumpah kepada Allah). (HR. Muttafaqun ‘Alaih)

Imam Ibnu Hibban (w.354 H.) dalam Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala menegaskan bahwa Islam sangat menganjurkan budaya Salam pada hubungan sosial secara umum, karena mengandung hikmah dapat mengikis rasa kebencian, kemarahan dan mencerahkan pergaulan sebagaimana riwayat hadits Nabi saw yang mengatakan bahwa Salam merupakan salah satu nama agung Allah yang dihamparkan di muka bumi, maka tebarkanlah Salam di antara kalian.

Manajemen salam secara baik akan melatih seseorang dapat mengoptimalkan upaya membudayakan salam yang merupakan salah satu cara untuk memperkuat persaudaraan khususnya antara sesama muslim, menambah perasaan saling cinta antar sesama orang beriman. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits menegaskan bahwa tidak akan masuk surga sehingga orang telah beriman, dan tidak beriman sehingga saling mencintai cara efektif untuk dapat saling mencintai adalah dengan menyebarkan salam. ( HR. Muslim )

Dale Carnegie dalam How to Win Friends and Influence People (1979) mengajarkan bagaimana cara memelihara dan mengeratkan hubungan sosial khususnya ikatan mahligai perkawinan di antara dengan saling memberi salam berupa ucapan selamat dan pujian yang ikhlas serta memberikan perhatian-perhatian pada hal-hal kecil yang menarik pasangan seperti ketika hari ulang tahun peristiwa pernikahan dan kelahiran.

Menghidupkan budaya salam secara kreatif dan inisiatif bagi pribadi pendamba keshalihan akan tumbuh secara mandiri karena keyakinan bahwa salam merupakan kebiasaan tersebut termasuk sebuah ibadah yang dapat menghantarkan kepada surga sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Hai manusia, sebarkanlah salam, berdermalah makanan, hubungkanlah tali persaudaraan (silaturahim), shalat malamlah pada saat orang-orang sedang tidur lelap niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat. ( HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Tradisi Salam lahir dan hidup sepanjang sejarah hubungan manusia berlangsung sejak zaman Nabi Adam as. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika Allah SWT telah selesai menciptakan Adam as, maka Allah SWT memerintahkan kepada Adam as. untuk menemui dan memberi Salam kepada segolongan malaikat yang sedang duduk menunggu untuk kemudian Adam as diminta mendengarkan apa yang mereka ucapkan sebagai penghormatan kepadanya. Salam yang diucapkan para malaikat kepada Adam as. adalah salam hormat kepadamu dan salam hormat kepada keturunanmu (yang beriman). Maka Adam as berkata: “Assalamu’alaikum” dan mereka menjawab: “Assalamu’alaikum Warahmatullah”. ( HR. Bukhari )

Pada dasarnya, hukum memberi salam dan menjawabnya adalah berbeda. Memberi salam adalah sebuah sunnah yang dianjurkan sedangkan menjawabnya adalah wajib sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abdil Barr bahwa para ulama sepakat tentang hal ini. Ketentuan syariat ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan pemeliharaan hubungan dengan mengajarkan pentingnya menghargai ekspresi positif orang lain berupa ucapan selamat dengan cara membalasnya dengan ucapan salam senada atau lebih baik lagi sebagaimana hadits tentang permulaan salam di atas sehingga para ulama sepakat bahwa menambahkan kalimat dalam menjawab salam adalah sesuatu yang dianjurkan memberikan balasan salam yang lebih baik sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan terhadap inisiator salam. Firman Allah SWT : “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”. (QS. 4:86)

Kristine Carlson dalam Don’t Sweat the Small Stuff for Women (2001) mengkritik kebiasaan dan sikap sementara orang yang kurang arif dalam menerima salam berupa pujian dan kata selamat dengan berbagai respon negatif bahkan pasif, padahal kita dapat menyambutnya dengan ucapan “terima kasih”. Dalam hal ini sunnah Nabi saw lebih jauh mendorong kebiasaan positif dalam menyikapi ucapan salam dengan menjawabnya tidak sekadar “terima kasih” tetapi memberikan ucapan selamat kembali kepada penyampai dan orang yang mengucapkannya minimal setara bobot ucapannya.

Esensi prosedur salam dalam syariat Islam yang berupa tatacara memberi salam yaitu orang yang berkendaraan lebih dulu memberi salam kepada yang berjalan, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, jama’ah yang sedikit memberi salam kepada yang lebih banyak, yang muda memberi salam kepada yang lebih tua sebagaimana hadits dalam riwayat Muttafaq ‘Alaih mengajarkan kepribadian rendah hati dan peduli etika pergaulan dengan memahami posisi diri dan orang lain serta tanggap terhadap ekspresi menghargai orang lain sebagai point entry untuk dihargai dan media perekat hubungan sosial sehingga lahir keshalihan yang memancarkan akhlaq yang baik (khiyarukum ahasinukum akhlaqan).

Persoalan fiqih yang kadang mengganjal dalam manajemen salam adalah salam antar jenis yang bukan mahram. Bila kita perhatikan teks-teks dalil yang menganjurkan untuk menyebarkan salam pada dasarnya bersifat umum dan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Artinya, jika ada seorang lelaki yang secara tulus ikhlas mengucapkan salam kepada seorang wanita, maka wanita itu sesuai dengan nash Al-Qur’an wajib membalasnya dengan jawaban yang lebih baik atau minimal yang serupa dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian hijab gender tidak bisa mengoyak ajaran dan doktrin Salam serta filosofisnya.

Dalam hadits shahih diriwayatkan bahwa Ummu Hani binti Abi Thalib berkata: “Saya mengunjungi Rasulullah pada tahun al-Fath (penaklukan kota Mekah), ketika itu beliau sedang mandi sementara Fatimah, putrinya, sedang menutupi tempat mandi beliau dengan tabir, lantas saya mengucapkan salam kepada beliau, lalu beliau bertanya, ‘siapa itu?’ saya menjawab, ‘Ummu Hani binti Abi Thalib’, kemudian beliau berkata, ‘selamat datang Ummu Hani’” (HR Bukhari dan Muslim)

Ketika Rasulullah saw menyampaikan kepada istrinya Aisyah bahwa malaikat Jibril mengucapkan salam kepadanya, maka ‘Aisyah ra. menjawab salamnya dengan ucapan “wa’alaikum salam warahmatullah”.

Imam Ibnu Hajar meriwayatkan dalam Fathul Bari-nya hadits Asma’ binti Yazid yang mengatakan bahwa Nabi saw pernah melewati kami kaum wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada kami. Imam Ahmad juga meriwayatkan dalam Musnad-nya bahwa ketika sahabat Mu’adz tiba di Yaman, ia didatangi seorang perempuan dengan dua belas anaknya seraya mengucapkan salam kepada Mu’adz.

Demikian yang ditunjukkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya tentang memberi salam kepada kaum wanita atau sebaliknya meskipun terdapat sebagian ulama yang mensyaratkan kebolehan itu dengan kondisi ‘aman dari fitnah’ seperti Imam Al-Hulaimi dan Al-Mihlab. Dari sumber-sumber di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ulama zaman dahulu tidak mengharamkan mengucapkan salam kepada wanita, khususnya jika laki-laki itu berkunjung ke rumah si wanita untuk urusan tertentu yang syar’i, untuk mengobati, mengajar, dsb. Berbeda dengan wanita yang bertemu dengan laki-laki di jalan umum, maka si lelaki sebaiknya tidak mengucapkan salam kepada wanita, kecuali jika antara mereka ada hubungan yang kuat, seperti hubungan nasab, kekeluargaan, semenda, dll. Sedangkan alasan yang paling kuat yang dijadikan sandaran oleh golongan yang melarangnya adalah karena ‘takut fitnah’ yang sudah seyogyanya dijaga oleh setiap muslim semampu mungkin untuk menjaga kesucian agamanya dan kehormatannya. Hal itu, sebenarnya, pangkal tolaknya adalah hati nurani dan daya tahan iman seorang muslim itu sendiri, karena itu hendaklah ia bertanya pada dirinya sendiri.

Dalam persoalan kasus salam antar beda jenis yang bukan mahram beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terjaga kemurniaan dan efektivitas positifnya adalah bahwa salam itu diucapkan ataupun disampaikan dalam kerangka birr wat taqwa (kebajikan dan ketakwaan), salam itu tepat waktu dan kondisi, salam itu dilandasi ketulusan ikhlas dan aman dari potensi fitnah.

Dalam konteks ini, pendapat kalangan yang mengatakan bahwa suara wanita itu aurat sehingga mutlak tidak boleh ada kontak komunikasi antar jenis adalah tidak relevan karena tidak adanya dalil khusus yang melandasi pelarangan tersebut dan tidak ada seorang pun ulama mu’tabar (eligible) yang berpendapat begitu. Bagaimana dikatakan suara wanita itu aurat, sedang Allah berfirman: “… apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir…” (Al-Ahzab:53).

Ini berarti bahwa mereka, para istri nabi, menjawab permintaan tersebut dari belakang tabir. Demikianlah yang biasa dilakukan Aisyah dan Ummul Mu’minin lainnya, menjawab pertanyaan, meminta sesuatu dan meriwayatkan hadits serta menceritakan sisi-sisi kehidupan Rasulullah, padahal semestinya aturan yang berlaku atas mereka lebih ketat dan lebih berat daripada wanita lainnya. Sebaliknya, banyak pula kaum wanita yang bertanya dan berbicara di majelis terbuka Nabi saw. Betapa banyaknya peristiwa sejarah yang tidak terhitung jumlahnya pada zaman Nabi saw dan sahabat, yang menunjukkan bahwa kaum wanita dapat dan biasa berbicara dengan kaum laki-laki, berdialog, berdiskusi, mengucapkan dan menjawab salam. Tidak seorang pun yang berkata kepada wanita, ‘diamlah, karena suaramu itu aurat’.

Seni memberi dan menjawab ucapan selamat dalam manajemen salam merupakan salah satu bentuk setoran efektif untuk bank emosi kita dalam kebiasaan proaktif untuk menarik simpati orang lain dan membina berbagai hubungan sebagaimana ditegaskan Stephen R. Covey dalam The 7 Habits of Highly Efective Families (1999). Bahkan menurutnya sebagai media sinergi untuk mewujudkan sistem kekebalan keluarga perlu dihidupkan budaya kreatif ucapan selamat sebagai bagian implementasi lima cara mengekspresikan cinta yaitu; 1. berempati, 2. berbagi rasa, 3. meyakinkan dan motivasi, 4. berdoa, 5. berkorban.

Jangan pernah melewatkan satu kesempatan dari peristiwa apapun yang dialami oleh orang-orang yang kita kasihi atau kita kenali untuk memberikan salam yang dapat menyumbangkan rasa kebahagiaan dan motivasi pada mereka sebagai suatu pengikat batin yang dahsyat sekaligus amal yang sangat mulia sebagaimana sabda Nabi saw yang mengatakan bahwa sebaik-baik amal adalah memberikan rasa kebahagiaan pada hati orang lain. Sesuatu yang remeh dan kecil bukan sebagai alasan untuk kita lewatkan meskipun hanya menulis satu coretan kecil, satu baris pesan melalui SMS, satu kalimat telepon, satu, satu kartu ucapan selamat yang sederhana, kalau hal itu memang dapat memberikan kebahagiaan orang lain, bukankah Nabi saw melarang kita untuk meremehkan dan tidak menghiraukan hal-hal positif apapun sekalipun remeh dan kecil.

Dalam optimalisasi fungsi manajemen salam dan untuk mengetahui secara proaktif momentum yang tepat bagi ekspresi salam, agar menjadi salam yang efektif maka diperlukan proses pembelajaran, pengenalan dan saling memahami (tafahum) antar kekasih, sahabat dan relasi. Barbara De Angelis dalam The 100 Most Asked Questions About Love, Sex and Relationships menekankan pentingnya kerjasama dan keyakinan bersama bagaimana perasaan cinta diekspresikan secara benar sehingga dapat membahagiakan pasangan dan sahabat. Oleh karena itu kita perlu ‘ngeh’, ‘ngerti’ dan tahu (ta’aruf) hari-hari, momentum dan saat-saat yang tepat untuk memberikan ucapan dan ungkapan selamat kepada orang-orang sekitar kita. Dan kita harus arif dalam memilih kata, media dan cara penyampaian salam agar tidak mengurangi keberkahan dan efektivitas salam. Wallahu A’lam Wa Billahit Taufiq Wal Hidayah. []

Kamis, Februari 25

EndaQ





Enda
Franco Medjaya Kusuma
Laki-Laki
Kudus, Jawa Tengah, 04 Maret 1978
Biografi :
Enda adalah seorang musisi yang juga personel grup musik Ungu. Ia mulai bergabung sejak 2001 sebagai gitaris, setelah Ekky sang gitaris sebelumnya hengkang dari grup bentukan tahun 1996 itu. Selain juga karena dia sebelumnya telah dikenal oleh personel yang lain sebagai teknisi gitar mereka. Pria yang memiliki nama asli Franco Medjaya Kusuma itu lahir Kudus, 4 Maret 1978 dan pernah menempuh pendidikan di fakultas hukum Universitas Sam Ratulangi. Enda menikah dengan perempuan bernama Eka Nilestari pada 17 Desember 2005. Keduannya dikaruniai seorang anak perempuan, Azara Leona Lucida yang lahir 16 Agustus 2006 lalu.Dalam perjalanan karirnya Enda pernah menderita kecanduan narkoba sampai akhirnya bertemu dengan Makki dan Pasha yang kemudian mengajaknya menjauh dari obat-obatan terlarang tersebut.

Ricardo Kaka'

Biografi Ricardo Kaka’
BIOGRAFI
Kaká dilahirkan di Brasília, Brazil pada tanggal 22 April 1982, ia merupakan anak dari pasangan Simone Cristina dos Santos Leite dan Bosco Izecson Pereira Leite. Kaká mempunyai adik laki-laki, Rodrigo, yang dikenal sebagai Digão, yang mengikuti langkahnya bermain bola di Itali.
Pada bulan September 2000, di usia 18 tahun, Kaká mengalami patah tulang belakang yang menyebabkan lumpuh sebagai akibat dari kecelakaan di kolam renang.
Kaká menandatangani kontrak dengan São Paulo pada usia 15 tahun dan memimpin tim juniornya pada kemenangan Copa de Juvenil. Ia memulai debutnya di São Paulo FC pada tahun 2001 ketika di berusia 18 tahun. Pada musim pertama, ia menciptakan 12 gol dalam 27 pertandingan dan 10 gol dalam 22 pertandingan di musim berikut.
Pada usia 17 tahun, ketika ia masih dalam tim junior, Sao Paulo berniat menjual Kaká ke tim dari Liga divisi 1 Turki, Gaziantepspor. Transaksi tidak terjadi, karena manajer Gaziantepspor, Nurullah Sağlam, dan dewan pengurus tim itu menolak untuk membayar $1.5m untuk pemuda 17 tahun itu. Setelah bergabung dengan tim senior São Paulo FC, penampilan Kaká menarik perhatian klub-klub Eropa.
Dia bergabung dengan AC Milan dengan bayaran US $8.5m. Dalam sebulan, ia telah masuk ke dalam tim utama dan sejak saat itu pula ia menjadi starter. Debutnya di Serie A adalah ketika Milan bertandang melawan Ancona, menang 2-0. Dia menghasilkan 10 gol dalam 30 pertandingan pada musim itu, memenangkan Italian Serie A Championship dan European Super Cup.
Kaka menciptakan 7 gol dalam 36 pertandingan liga dan juga memenangkan Italian Super Cup bersama dengan klubnya. Milan meraih posisi kedua setelah Juventus di Seri A dan dalam partai final dengan Liverpool pada adu penalti di UEFA Champions League.
Salah satu gol Kaká yang sangat menakjubkan adalah ketika melawan Fenerbahçe SK di pertandingan pertama AC Milan dalam Liga Champion 2005-06, Rossoneri menang 3-1. Gol itu membuatnya disamakan dengan Diego Maradona, karena Kaká memulai larinya dari tengah lapangan dan melewati tiga tackling sebelum memasuki daerah penalti dan menyelesaikannya dengan shot rendah di bawah kiper Fenerbahçe, Volkan Demirel.
Pada tanggal 9 April 2006, ia membuat “hat-trick” pertamanya dalam pertandingan melawan Chievo Verona. Ketiga golnya dihasilkan pada babak pertama. Pada tahun 2006, Real Madrid menunjukkan ketertarikannya pada kaka, tetapi Milan dan Kaká menolak untuk menjual. Kaká telah menandatangani perpanjangan kontrak dengan Milan hingga 2011.
Pada 1 November 2006, AC Milan lolos babak penyisihan UEFA Champions League setelah Kaká membuat “hat-trick” yang membantu timnya menang 4-1 melawan RSC Anderlecht. Ini adalah hat-trick keduanya di Milan dan hat-trick pertamanya di kompetisi Eropa.
Kaká melakukan debut internasionalnya pada bulan Januari 2002 dalam pertandingan melawan Bolivia. Dia adalah bagian dari tim nasional yang menang pada Piala Dunia 2002, tetapi aksinya tidak terlalu terlihat karena hanya bermain 19 menit di babak pertama pertandingan Kosta Rika.
Pada tahun 2003, dia menjadi kapten tim dalam turnamen Gold Cup di AS dan Mexico, memimpin Brazil ke posisi kedua dan membuat gol yang menentukan dalam pertandingan melawan Kolombia. Setelah itu, dia beraksi di Confederation Cup 2005, dengan Kaká menciptakan gol dan menang dalam pertandingan final melawan Argentina.
Dia berhasil mendapat tempat ke-10 dalam voting penghargaan untuk FIFA World Player of the Year 2004. Pada kompetisi tahun 2005, ia naik dua peringkat lebih tinggi. Terakhir, ia membantu Brazil dalam masuk kualifikasi pada Piala Dunia 2006. Kaká semakin matang sebagai pemain dan dianggap sebagai salah satu pemain bola terbaik dari Brazil.
Dia menciptakan gol pertama Brazil di Piala Dunia 2006 pada pertandingan melawan Kroasia tanggal 13 Juni 2006. Pada 3 September 2006 dia menyumbangkan salah satu gol briliannya untuk tim Brazil setelah melakukan umpan yang membuahkan gol kepada pemain yang baru masuk, Elano. Kaká mendapat bola dari pantulan tendangan pojok Argentina lalu mencetak gol.
Pada 15 November 2006, Kaká dipilih sebagai kapten Brazil dalam pertandingan persahabatan melawan Switzerland karena absennya kapten Brazil sebelumnya, Lucio yang disebabkan oleh cedera.
Piala Dunia 2006 Pada pertandingan pertama Brazil di grup F, Kaká mencetak gol di menit ke-44 saat melawan Kroasia. Tendangan kaki kiri dari jarak 25 meter membuat Brazil meraih kemenangan 1-0.
Kaká menikah dengan Caroline Celico pada tanggal 23 Desember 2005, dua tahun setelah kepindahan Kaká dari Sao Paulo ke Milan.